Bahasa Indonesia ID English EN

Bekerja dan Beraktifitas dengan Aman di Tengah Transformasi Digital

Di tengah situasi pandemi COVID-19, peraturan pembatasan jarak fisik menjadi salah satu alasan banyaknya perubahan kerja di berbagai sektor dari kerja yang bersifat tatap muka menjadi bekerja jarak jauh melalui platform daring (online). Sebetulnya bekerja secara daring sudah dilakukan sejak lama. Beberapa tahun lalu, masyarakat mengenal digital nomad yang merupakan sebutan bagi orang-orang yang bekerja secara daring dan berpindah-pindah tanpa harus memiliki kantor fisik. Namun seiring semakin banyaknya orang yang bekerja secara daring, semakin banyak pula tantangan yang dihadapi. Salah satunya adalah keamanan diri baik secara digital maupun secara aktual.
Bagi organisasi kelompok masyarakat sipil, keamanan digital menjadi suatu hal yang sangat penting khususnya untuk melindungi keamaan dari kelompok pemilik hak yang bekerja bersama organisasi tersebut. Kebutuhan akan pengetahuan dan cara untuk berkomunikasi secara aman di tengah transformasi digital ini menjadi salah satu kebutuhan yang muncul dalam jaringan Indonesia Inklusi. Oleh karenanya, pada 7 October 2020 lalu, jaringan Indonesia Inklusi mengadakan sesi lokakarya penguatan kapasitas organisasi terkait komunikasi aman.

Lokakarya komunikasi aman ini difasilitasi oleh Kathleen Azali dan Yerry Borang dari Engage Media, sebuah organisasi nirlaba yang fokus pada teknologi, media, internet, dan hak-hak digital. Terdapat lebih dari 20 orang peserta dari berbagai organisasi dalam jaringan Indonesia Inklusi yang mengikuti sesi lokakarya ini.
Pada sesi pertama, para peserta diajak untuk melakukan sebuah aktifitas untuk memahami makna keamanan. Setelah sekilas mengetahui pemahaman para peserta terkait definisi keamanan, peserta kemudian diajak untuk memetakan berbagai jenis ancaman yang bisa terjadi melalui platform daring. Di sini, Kathleen mengajak peserta untuk melihat frekuensi kemungkinan terjadinya ancaman-ancaman itu serta seberapa besar dampak dari ancaman itu pada tiap individu sekaligus organisasinya. Dari aktifitas ini, peserta menuliskan berbagai potensi ancaman di dunia digital yang mungkin sering terjadi seperti blocking & filtering, duplikasi akun sosial media, dan potensi gawai terjangkit virus dimana ancaman-ancaman ini memiliki dampak yang kecil pada keamanan kita namun tetap harus diwaspadai. Ancaman lainnya adalah penyadapan, pembajakan, hingga terror, semua ini dikategorikan sebagai ancaman yang mungkin jarang terjadi tapi dampaknya apabila terjadi dapat mempengaruhi keamanan kita secara signifikan.

Pada sesi kedua, Yerry Borang memberikan materi terkait sistem kinerja penyebaran informasi dalam internet dan bagaimana internet bekerja. Yerry menjelaskan bahwa informasi/data yang kita kirimkan melalui internet akan selalu disimpan di dalam sistem jaringan (cloud) sehingga perlu diingat bahwa data tersebut tidak akan pernah benar-benar hilang meskipun sudah kita hapus. Oleh karena itu, kita perlu berhati-hati dalam mengirimkan informasi dan data melalui internet. Beberapa hal yang bisa kita lakukan adalah dengan membungkus jaringan kita menggunakan fasilitas bernama Virtual Private Network (VPN). Melalui VPN, kita bisa menyamarkan alamat jaringan kita sehingga menyulitkan siapapun untuk meretas jaringan kita.
Selain itu, Yerry juga menyarankan untuk selalu memasang perangkat lunak (software) antivirus terbaru dalam gawai kita. Hal ini merupakan salah satu dasar untuk menjaga kesehatan perangkat yang kita gunakan. Lalu gunakan kata sandi (password) di semua perangkat dan juga berbagai akun-akun yang kita miliki. Dalam membuat kata sandi, perlu diperhatikan juga kombinasi yang digunakan. Kombinasi ini penting untuk memperkuat kata sandi agar tidak mudah diretas/dibajak. Khusus bagi penggunaan gawai pintar (smart devices) seperti smartphone, tablet, dan perangkat lainnya, perlu diperhatikan juga aplikasi-aplikasi yang kita gunakan. Banyak aplikasi yang kita miliki memiliki akses untuk mengambil data kita tanpa kita sadari. Untuk mengetahui ini, kita bisa membuka pengaturan dalam perangkat kita dan perhatikan pada pengaturan/pengelolaan aplikasi dan cobalah kurangi izin access (permissions access) yang kita berikan bagi aplikasi-aplikasi. Selain itu, gunakan juga sistem pengamanan ganda atau yang biasa disebut sebagai 2-factor authentification. Satu hal lagi yang sangat disarankan adalah membatasi diri kita untuk menggunakan aplikasi-aplikasi komersial yang membatasi kita untuk dapat melakukan pelacakan atas data pribadi kita. Yerry menyarankan untuk mulai beralih pada perangkat-perangkat yang bersifat sumber terbuka (open source) agar kita memiliki kendali lebih pada data dan informasi apa saja yang dapat kita bagikan.

Pada sesi terakhir, para peserta diajak untuk mengenal sistem yang digunakan dalam jaringan Indonesia Inklusi khususnya website indonesiainklusi.id. Melalui website ini, berbagai organisasi dalam jaringan Indonesia Inklusi dapat berkontribusi dalam berbagai bentuk. Kontribusi ini tentunya selain memperkaya pengetahuan kolektif dalam jaringan, ini juga dapat menjadi pemicu kolaborasi antar organisasi. Platform-platform yang tersedia dalam ekosistem Indonesia Inklusi diciptakan secara kolaboratif dan bertujuan sebagai medium pembelajaran bersama sekaligus memperkuat hubungan lintas organisasi.
Oleh karenanya, organisasi apapun dapat menjadi bagian jaringan Indonesia Inklusi dan ikut aktif berkontribusi dalam memperkaya pengetahuan kolektif jaringan. Untuk mengetahui siapa saja organisasi yang saat ini tergabung dalam jaringan Indonesia Inklusi, sekaligus bagaimana caranya untuk bergabung, kawan-kawan bisa cek tautan ini.

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on google
Google+
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on pinterest
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya